Selasa, 25 Juni 2019

Moment dan Waktu yang Pas untuk Pakai Lipstick Merah


Kamu suka pakai lipstick merah nggak? Kalau saya iya, iya sekali. Tak usahlah ikut-ikutan para gadis lain yang sibuk mengidolakan Kpop. Kita mengidolakan lipstick saja yesMau merah biasa, merah cabe, sampai merah yang agak gelap kehitaman, hajaaaaar. Biarkan para sirikers terbakar meskipun yang merah adalah bibir kita. Iya nggak?

Burning red
Btw, paham dong kalau bibir merah memang akan terlihat lebih menonjol a.k.a cetar sehingga lebih gampang menarik mata? Biar kata hanya pakai bedak bayi, tambahkan lipstick merah saja langsung tiba-tiba jreeeeng. The look automatically up. Tapi ladies, menurut saya, kalau kita pakai lipstick merah setiap hari, kesan wownya malah hilang dan hanya akan terlihat biasa saja loh. Jadi, lebih baik kalau tampil dengan bibir bold warna merah pas di acara tertentu saja alias jangan pakai lipstick merah setiap hari.


****

KAPAN MOMENT DAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK PAKAI LIPSTICK MERAH?

#1 Wisuda
 
Wisuda S2 UGM tahun 2018, photoshoot dengan konsep outdoor.
Meskipun yang dandanin adalah orang salon atau makeup artist (MUA), kita bisa kok bilang lebih dulu diawal “Mba/Mas, saya mau lipsticknya merah.” Saya begitu. Warna blush on, eye shadow dan lain-lain terserah mau dibikin gimana dan warna apa, intinya saya mau warna bibir saya merah. Kenapa harus merah? Karena wisuda adalah moment yang kita akan banyak foto. Dan masalahnya, foto-foto biasanya dilakukan setelah berjam-jam prosesi wisuda, belum lagi kalau ditambah ada acara makan-makan. Well, pake makan-makan dulu, lipstick yang warnanya soft pasti sudah bubar jalan. Tidak mungkin bisa touch up atau permisi ke toilet hanya untuk benerin riasan atau pakai lipstick lagi. Sudah pasti tidak kepikiran. Repot. Lipstick merah matte nan cetar tidak akan mudah hilang. Difoto juga biasanya makeup tidak sekelihatan aslinya, jadi harus pintar bermain dengan warna bibir. Jangan sampai foto wisuda kelihatan pucat lelah belum makan, hehe. Padahal sebelum foto sudah makan duluan dua piring. Oh iya, waktu jaman saya wisuda S2 UGM tahun 2018, lagi tren foto wisuda konsep outdoor loh. Makin kece dengan sunglasses. Foto indoor yang gitu-gitu aja mah sudah basi ngetzz.

#2 Photo Shoot
 
Bukan prewedd, bukan. Kita seneng foto-foto aja.
Baik indoor maupun outdoor, tampil sensual dengan bibir merah juga oke, tak masalah dengan apapun tema photo shootnya. Jangan lupa skalian kukunya juga dipakein merah ya supaya cetar maksimal. Sekali lagi kalau untuk urusan foto-foto yang kadang bikin kita khawatir kalau makeup terlalu soft dan biasa saja, maka solusinya adalah buat tampilan bibir bold dengan warna merah. Saya photoshoot dua kostum tapi dengan makeup look yang sama, karena menurut saya, warna bibir merah memang paling aman, netral dan akan masuk ke warna serta model baju apapun.

#3 Hangout
 
Temen yang keracunan saya, pake lipstick merah.
Mau ke mall liat-liat tapi gak beli kek, ke bioskop, atau jalan-jalan di taman, itu semua adalah hal yang tidak dilakukan setiap hari kan? Maka cobalah tampil dengan baju main yang casual, tapi bibir merah. Seru loh. Teman-teman saya sudah hafal sekali dengan tampilan saya kalau mau main bareng. Bibir saya selalu merah. Siang merah pedes sepedes cabe, malam merah gelap alias maroon. Beberapa kali mereka komen “May, itu kamu lisptiknya item ya?” hihi “Gak. Merah kok. Merah kehitaman :p”. Dan karena lipstick itu racun, maka sahabat saya juga saya racunin lipstick merah dong. Kebetulan dia suka apapun yang warna merah, meski tidak suka dandan apalagi lipstikan. Nah soal jurus jitu maksa temen pakai lipstick dengan rajin, itu ilmunya beda lagi ya, dan tidak saya cerita disini. Haha.

#4 Acara Tahunan
 
Foto bareng temen dosen waktu acara paskah malam hari
Acara yang diadakan setahun sekali, misalnya Natal, Lebaran, Tahun Baru, biasanya adalah moment dimana kita beli baju baru dan ingin tampil memukau, iya nggak? Nah, bisa dimaksimalkan dengan pakai makeup tipis-tipis dan pakai lipstick merah. Percaya deh, akan lebih menarik perhatian. Bagi yang belum tahu cara poles muka dengan benar atau pakai makeup, tak perlu cemas, coba pakai makeup yang biasa-biasa saja semampunya, nanti tinggal dicetarin di bibir. Pakai warna merah hint ungu saat malam dan merah hint orange pas siang, beuuh, manteep.

#5 Kondangan
 
Gak hanya baju kami, bibir saya yang cetar juga keliatan kan?
Yang ini serius perlu, apalagi ke nikahan mantan. Orang yang biasanya tidak akrab dengan makeup pun akan tidak menolak didandanin kalau ke nikahan. Oma-oma Manado saja biasanya tampil all out dengan bibir merah masa kamu yang masih muda makeupnya biasa aja sih?! Kalau ke nikahan tidak cantik, nanti tidak boleh makan ya. Makan di rumah saja.

#6 Ke Gereja/Ibadah
 
Judulnya tetep ke gereja kok ini, meski abis itu keluyuran
Berhubung saya setiap hari pergi kerja dengan lipstick yang warnanya netral (pink soft atau orange soft), maka ketika setiap hari minggu pergi ke gereja, wajib pakai warna lipstick yang lain. Iya, dan lebih seringnya MERAH, hehe. Cewek kan biasanya juga gampang bosan ya? Termasuk sama warna lipstick. Kalau bosan sama teman sih semoga tidak, apalagi sama pacar :p. Buat yang selama ini masih malu-malu pakai lipstick merah ke ibadah, coba deh. Apalagi yang gebetannya satu tempat ibadah, *ugh, istilah “cinta dari mata turun ke hati” sudah basi, basi banget. Yang terbaru “cinta dari warna bibir turun ke hati” Bhahaha.
Tampilan sehari-hari saya biasanya hanya pakai bedak tabur yang saya tulis di Review Naavagreen Silky Loose Powder


Selamat mencoba ya..!!

Btw, yang terlanjur menjadikan warna merah sebagai favorite pasti berat ya? Apa kabar yang sudah terlalu nyaman tampil dengan bibir merah setiap hari dong?

Sabtu, 22 Juni 2019

Tips Biar Ditembak Bule


Kamu lagi PDKT sama bule dan berharap segera ditembak? Atau lagi cari pencerahan untuk ngejar obsesi punya pacar bule? Nih aku share sedikit pengalaman pribadi dan berbagai opini dari pacar saya, bule Finlandia.

Keterangan: Bukan foto prewedd ya, bukan.

Sebenarnya untuk tulisan ini, sebelumnya saya wawancara pacar, hanya saja dia tidak mengerti kalau sedang diwawancarai. Sudah paham kalau diskusi sama saya biasanya topik yang berat, seberat mata saya kalau disuruh bangun pagi.

Dan as the disclaimer, ini tidak bisa dijeneralisasikan ya teman-teman, karena setiap orang itu berbeda. Setiap bule juga pasti beda. Maksudnya adalah ini murni dari persepsi saya dan pendapat pacar saya. Tidak sama ke semua bule.

****
BERIKUT HAL-HAL YANG HARUS KAMU PUNYA DAN KAMU LAKUKAN
KONTROL DIRI DAN BERSABAR. Kak, jangan sampai kamu pecicilan kegirangan tak terkendali cuma karena lagi dekat sama bule. Terus, terburu-buru paksa dia untuk minta kamu jadi pacarnya, atau malah kamu yang menyatakan cinta duluan, please jangan. Apalagi kalau kalian hanya kenalan melalui media daring (online) dan belum pernah bertemu langsung sama sekali. Bule yang serius biasanya lebih hati-hati menilai perempuan dan akan memilih untuk bertemu dulu. Meskipun dia sudah sangat ingin jadi pacarmu, dia akan memilih untuk bertemu dulu secara langsung dan kenal kamu lebih dekat. Dari mereka-mereka bule yang kenalan dengan saya, bule Finlandia adalah yang paling sopan dan pemalu. Budaya mereka sesopan budaya Jepang, hehe, menurut saya sih. Jadi, bersabar dan berdoa saja untuk jalani prosesnya ya. Berikan dia kebebasan ambil keputusan dan menemukan waktu terbaik kapan sebaiknya minta kamu secara resmi jadi pacarnya. Kamu memaksa untuk pacaran saat belum pernah bertemu sama sekali, bisa memunculkan penilaian yang kurang baik di dia atau malah ilfeel sampe bulenya kabur. Emang kamu kebelet apa sampai harus buru-buru? :p. Secepatnya pasti dia buat rencana menemui kamu terlebih dahulu. Pacar saya tidak suka jalan-jalan dan hari-harinya hanya sibuk dengan pekerjaan. Bela-belain ambil jatah cuti setahun dan akhirnya dapat ijin selama 1 bulan hanya untuk ke Indonesia menemui saya dan kenal saya lebih dekat. Tolong kritis menilai bule yang ke Indonesia hanya untuk menemui kamu dan bule yang menemui kamu hanya karena kebetulan ada agenda traveling ke Indonesia. Ngerti kan maksdunya apa? So, kontrol diri dan sabar ya.
KEPRIBADIAN. Tanya ke pacar saya “kamu kenapa minta saya jadi pacarmu?” dengan nyerocos cepat dia bilang “karena kamu tidak manja, mandiri dan tidak merepotkan, ingin menikah dan punya keluarga”. Kak, saya paham betul kalau sisi perempuan itu ada manja-manjanya, suka drama dan bertingkah bagaikan incess. Tapi tolong, itu dilatih untuk diminimalisir atau malah dihilangkan saja ya. Pacar saya, orang Finlandia, yang biasanya malu untuk harus berkomentar didepan ceweknya langsung, tidak segan-segan bilang kalau dia tidak suka perempuan yang ingin diperlakukan bak princess dan sering menjadi ratu drama. HAHAHA. Mari kita kenalkan dia dengan Incess Syahrini. Dan btw, saya juga tidak sedang mengatakan untuk jangan jadi diri sendiri ya, tapi please ketahuilah bahwa kepribadian itu bisa dilatih. Ingin punya pacar bule maka wajib punya kepribadian yang sesuai dengan kriteria bule. Dah itu aja.

JANGAN EGOIS. Bagian ini masih berkaitan dengan bagian yang kedua yaitu kepribadian. Jangan hanya utamakan perasaan dan kepentingan kamu, tapi hargailah perasaan dan kepentingan si bule. Mungkin ke teman dan orang lain di sekitarmu tidak apa-apa, tapi jangan ke bulenya :p. Pacar saya pemalu dan hemat bicara, yes. Pacar saya pendengar yang baik nan anteng, yes yes. Dan saya sangat cerewet, yes yes yes. Tapi, ada waktu dimana saya gantian mendengarkan dengan sabar, meski yang diceritakan adalah tentang mesin, mobil dan hal-hal yang saya sama sekali tidak mengerti. Kadang sambil mendengarkan, saya curi-curi googling temans, biar ngerti pacar saya lagi jelasin apa. Secara kan kalau dia tiba-tiba bertanya atau menuntut respon, kita kelihatan paham. Well, pura-pura paham juga tak masalah. Oh ya, pernah sekali kami video call dan dia sedang bercerita tentang apa yang terjadi hari itu di tempat kerja dia. Karena pikiran saya padat merayap dengan deadline koreksi ujian dan nilai mahasiswa, maka tidak terlalu mengikuti pembiacaraan. Dia tanya, saya tanya balik. Hahaha. Saya tanya balik karena tidak paham kita lagi bicarain apa sebenarnya, duh. Dan dia tiba-tiba bilang “kalau kamu lagi sibuk dan ada yang harus kamu kerjakan, kita bicara nanti atau malah besok saja. Kamu tidak mendengarkan saya.” Oh, tidaaak. Pacar saya ini tidak pernah marah. Jadi bilang begitu saja sudah cukup menakutkan saya. Intinya ini contoh dari pengalaman punya saya ya kak, tentu saja praktik untuk tidak egois bisa berbeda di kalian. Intinya, kalian tahu kapan untuk tidak menjadi egois saat lagi penjajakan sama bule. So, becarefull.

TUNJUKAN BAHWA KAMU JUGA SUKA DAN MENGINGINKAN DIA. Ini beda loh ya dengan agresif, apalagi sampai posesif. Jadian aja belum, sudah posesif, hihi malu kak. Maksud saya adalah tidak usah terlalu menjadi Indonesia sekali yang apa-apa harus cowoknya duluan, termasuk nanya kabar dan menyapa. Bule lebih banyak menilai dari apa yang kita komunikasikan. Kamu yang lagi diam nunggu dia chatting duluan, dia tidak tahu, percuma. Atau parahnya, kita yang sedang jaga image dengan tidak menyapa duluan malah hanya akan dinilai sama bulenya kalau kita tidak serius dan tidak tertarik dengan dia. Duh, ja’im malah berujung salah paham ya. Apalagi kalau kamu dapetnya bule Finlandia yang irit ngomong. Halah, bisa diem-dieman sampai ilang dari peredaran. Kalau kamu suka sama dia, seringlah ngobrol dan kirim dia pesan. Kamu yang wa dan kirim pesan duluan, bukanlah hal yang memalukan, maka lakukan. Bule itu kritis. Kalau dia mendapat sinyal bahwa kita tidak tertarik dengan dia (dari jarang chatting dan menyapa) maka dia tidak akan memaksa melanjutkan dan perlahan mundur secara teratur. Tiba-tiba kamu lihat di media sosial kalau dia sudah menjajaki yang lain. Wahh, bisa nangis. Jadian aja belum malah sudah ditangisi ya. Kasihan. Dan kalau sudah begitu, yah tidak usah berkhayal sampai ditembak bule. Well, Setidaknya ini jawaban lain dari pacar saya ketika saya tanya kenapa dia tembak saya “Karena saya tahu kamu suka sama saya dari cara kamu chatting dan intensitas kamu memulai pembicaraan setiap hari”. Baiklah sudah jelas ya ini.

PUNYA NIAT BERKELUARGA DAN MAU MENIKAH. Eh ini saya banget. Serius saya banget, bhahaha. Bule serius juga mencari perempuan yang serius. Tidak hanya ingin menjadi pacar dan sesekali jalan-jalan ke luar negeri, ke negara asal si bule, tapi mau dinikahi dan membangun keluarga. Pacar saya tertarik dengan saya karena dia tahu saya mencari pacar untuk dinikahi, bukan pacaran untuk putus :p. Bersamaan dengan itu juga pertanyaan dia tentang kenapa saya susah cari pacar akhirnya terjawab. Saya hanya ingin pacaran dengan yang tujuannya sama dengan saya. Menikah dan berkeluarga. Pacaran lama-lama untuk apa? Masih banyak yang harus dilakukan daripada hanya menghabiskan waktu untuk pacaran. Saya juga bilang ke pacar, kalau dalam waktu 5 tahun kita tidak menikah, maka berarti kamu bukan jodoh saya. Kita putus saja. Tahu lah ya kalau ada banyak tantangan dalam hubungan beda negara seperti yang saya curhat di Ribetnya Punya Pasangan Bule. Anyways, pacar saya juga kemudian tidak tiba-tiba menjadi ingin menikah karena saya, tidak ya. Dia bule versi tradisional yang cita-citanya sederhana, menikah dan punya anak. Maka sudah tahu kan kenapa kami cocok?. But satu hal, meskipun saya sangat ingin menikah, tapi dia yang harus lebih dulu meminta saya untuk menikah dengan dia. Ladies, kalian juga ya.

MAU TINGGAL DI LUAR NEGERI. Saya sempat bengong lama ketika pacar saya bertanya “Apa kamu mau meninggalkan keluarga dan Indonesia untuk tinggal di Finlandia?” Waduh, pertanyaan yang saya belum siap jawab meski hati ini penasaran ingin melihat negeri luar, apalagi tingggal di negeri Santa Clause, Finlandia. Mulai dari kegalauan hebat dengan diri sendiri sampai pertentangan dengan orang tua, akhirnya direstui untuk menikah dan tidak tinggal di Indonesia. Masalah kalian berencana punya rumah di Indonesia yang kemudian bisa bolak-balik, itu beda ya. Pertama-tama bule mau kita siap untuk tinggal dengan dia di negara asalnya dulu, karena dia merasa lebih aman (baik lingkungan maupun pekerjaan). Pertama kali menghabiskan waktu sebulan di Indonesia, pacar saya perjelas pernyataan dia bahwa Indonesia bukan tempat dimana dia bisa bernafas dan bergerak bebas. Haha, mungkin maksudnya dia kepanasan. Bule yang biasa dengan udara dingin dan dingin sekali, mudah dehidrasi dan sakit saat datang ke negara tropis. Pacar saya ke Indonesia, kebakar boo. Baru liburan saja sudah banyak drama, apalagi tinggal menetap. Sungguh tak mungkin. So, kalau kamu mau punya pacar dari luar, berarti harus mau juga di bawa ke luar. Begitu ungkapan kesaksian pacar saya.

Gimana, ribet gak? Hehe, semoga informatif dan secepatnya ditembak bule ya kak, Amiiiin.

Review Naavagreen Silky Loose Powder


Bedak tabur yang pengguna krim Naavagreen wajib coba

Sumber: Instagram Naavagreen
Progress Naavagreen dalam strategi diversifikasi produk sepertinya sukses. Tahun 2015 saat pertama kali pakai produk Naavagreen, hanya ada rangkaian produk perawatan, tidak ada produk makeup. Sekarang malah hampir semua produk makeup Naavagreen punya. Strategi monopoli pasar, hehe. Dan tipikal pelanggan seperti saya tentu saja tidak kuat dengan cobaan ini ya. Apalagi cobain bedak taburnya. Ya iyalah, karena jenis kulit acne prone seperti saya (dan mungkin kamu) memang wajib pakai bedak tabur.

Pengalaman bertahun-tahun pakai Naavagreen yang sudah saya review disini Review 4 Tahun Pakai Naavagreen akhirnya memunculkan ide dan motifasi untuk buat review salah satu produk makeupnya, yaitu Naavagreen Silky Loose Powder.  Selamat membaca teman-teman..

****
Kenapa Harus Bedak Tabur a.k.a Loose Powder?
Bedak tabur lebih ringan untuk kulit wajah kita dibandingkan bedak padat atau compact powder. Percayalah, sekalipun klaim dari produk bedak padatnya bahwa teksturnya ringan, masih lebih ringan dan aman sehari-hari kita pakai bedak tabur. Terkhusus untuk jenis kulit wajah yang sensitif dan acne prone (berminyak dan rawan jerawat) seperti saya, bedak padat belum bisa berteman baik sampai saat ini. Pori-pori yang sebesar gaban di wajah saya ini susah bernapas dengan bedak padat sehingga sore pas mandi dan bersihin muka, mulai ada tanda-tanda merah jerawat mau muncul, hadeeeh. Pakai bedak padat sehari-hari buat wajah saya jerawatan. Teman-teman dengan jenis kulit acne prone sebaiknya juga jangan ya.

Kenapa Naavagreen Silky Loose Powder?
Karena murah :p dibandingkan dengan bedak tabur yang ada di daftar beli saya untuk produk drugstore lokal maupun merek luar negeri, hehe. Seingat saya waktu beli Januari 2018, harganya tidak lebih dari 50rb (rupiah bukan dolar ya). Karena biasanya saya salah, maka silahkan teman-teman pastikan langsung ke Instagram Naavagreen. Alasan yang lain adalah karena pakai satu rangkaian produk akan lebih maksimal. Yes, betoool. Kalau produk perawatan pakai Naavagreen, kenapa tidak kalau makeupnya juga sekalian punya Naavagreen, ya gak?. Paling tidak coba dulu untuk tahu hasilnya yeay atau no way. Yang masih bertanya-tanya tentang kenapa harus pakai Naavagreen, bisa kepoin curhatan saya tentang proses sembuhin jerawat yang akhirnya sembuh dengan pakai produk Naavagren Review Naavagreen Natural Skincare 

Review 6 bulan pakai Naavagreen Silky Loose Powder sehari-hari, tidak ada masalah. Wajah saya baik-baik saja. Untuk looknya sendiri juga tidak ada masalah, misalnya keputihan, kekuningan atau keabu-abuan karena efek warna bedaknya, tidak ya. Tekstur bedaknya halus polos tanpa gliter dan berwarna warm pink (antara pink sama kuning) yang masuk ke warna kulit wajah saya. Hasilnya terlihat natural dan lebih segar.

Kapan sebaiknya Naavagreen Silky Loose Powder digunakan?
Pertama, dipakai untuk sehari-hari ke kantor. Setelah pakai krim, biarin sekitar 5 menit untuk krimnya meresap (saya sambil pakai baju, dll) kemudian saya timpa dengan bedak taburnya. Saya suka dengan lubang kecil-kecil yang buat produknya bisa keluar dengan cepat tanpa harus saya banting-banting dulu supaya bedaknya keluar, hahaha. Soalnya bedak tabur saya yang lain sering berantem dengan saya hanya karena lubangnya kekecilan dan bedaknya hampir tidak mau keluar. Drama banting-bantingan dulu hanya untuk pakai bedak. Sungguh merepotkan. Saput bedaknya juga bukan kaleng-kaleng ya, yang tipikal rapuh dan mudah sobek. Well done Naavagreen, di saya bedak taburnya banyak nilai +. Oh iya, keawetan bedak taburnya juga oke. Saya ke kantor pagi (biasanya jam 8 atau jam 9), sore sekitar jam 4 saat mandi dan bersihin muka, pas bercermin eh mukanya masih kelihatan bagus. Dandanannya awet. Daily makeup dengan pakai krim siang dan bedak tabur Naavagreen, lipstikan plus pakai pensil alis dikit-dikit (karena alis saya sudah aslinya setebal alisnya Sinchan). Ya dandanan awet bisa juga karena aktifitas kerja di kantor saya tidak berat ya, paling hanya duduk di ruangan saya sama mengajar di kelas. Kalau harus keluar untuk makan siang, saya biasanya payungan. Hahaha takut kulitnya gelap gulita. Karena meskipun pacar saya bule, dia lebih suka kulit saya terang dan terlihat bersih. Dia bule beda emang. Syukurlah. Netizen yang penasaran suka duka punya pasangan bule bisa intip tulisan saya tentang Ribetnya Punya Pasangan Bule 

Kedua, dipakai setelah foundation untuk set makeup saat ada acara tertentu yang mewajibkan saya pakai makeup. Baik baking maupun untuk set makeup, wajib bedak tabur juga ya bukan bedak padat. Teman-teman yang ilmu makeupnya masih minimalis (well, saya juga sih) bisa sering-sering lihat Youtube makeup-makeup sebelum tidur :p. Hasil Silky Loose Powdernya tetap bagus dan tidak mengganggu warna foundation dibawahnya. FYI, sebelum pakai makeup, saya selalu pakai krim Naavagreen terlebih dahulu. Selalu. Kecuali didandanin MUA (pas wisuda misalnya). Selamat mencoba dan bikin review sendiri ya temansss.


So, kalau Naavagreen Silky Loose Powdernya habis, apakah akan beli lagi?
Tidak. Saya akan keep dulu segala kebaikan dari bedak tabur ini, tapi untuk beli lagi ketika habis, mungkin tidak. Kenapa? Karena saya mau coba pakai bedak tabur yang lain. Kebetulan saat ini lagi coba rangkaian produk makeup dari satu merek. Kemasan Naavagreen Silky Loose Powder ini lumayan ngambil tempat. Dia tidak suka jalan-jalan ikut saya, karena tidak bisa masuk kantong makeup. Tidak travel friendly. Teman-teman bisa mengakalinya dengan beli wadah baru yang kecil-kecil untuk bedak padat (biasanya skalian sudah ada saput bedaknya yang mini). Pindahkan bedak Naavagreen ke wadah mini itu supaya bisa dibembebeng kemana-mana. Ini salah satu kelemahan kemasan bedaknya ya. Gemuk dan berat, tidak fleksibel ke tempat makeup untuk traveling. Ke kantor saja saya tidak pernah bawa karena alasan makan tempat ini. Cukup buku teks mengajar saja yang buat tas saya berat ya, bedak tabur tidak usah menambah berat tas saya, soalnya yang bembeng tas orangnya kecil kerempeng.

Bingung nggak? Ini review bedak taburnya bagus tapi kok tidak mau beli lagi?
Karena prinsip saya, poduk yang dibeli, jika tidak ada masalah maka wajib saya habiskan. Pakai sampai empty. Masalah beli lagi meskipun cocok, itu tidak wajib.

Selamat mencoba duhai ladies….

Jumat, 21 Juni 2019

Review 4 Tahun Pakai Naavagreen


Saat tahun 2015 pertama kali saya buat tulisan (review) tentang Klinik Skincare Naavagreen, motifnya memang cuma buat bikin konten blog iseng-iseng. Eh, tapi ternyata banyak yang baca sampai komen semi konsultasi. Modus. Ingat sekali sampai akhir tahun 2018 bahkan ada yang bela-belain kirim Surel dan pesan Instagram ke saya untuk tanya-tanya. Terniaat emang!

Dan teman-teman, pas banget nih saya sampai saat ini memang masih pelanggan setia Naavagreen. So, dengan kekuatan motivasi dari ingatan tentang semua komen-komen netizen di tulisan itu, maka saya akhirnya buat lagi update review Naavagreen dengan berbagi pengalaman saya sebagai pengguna selama 4 tahun, dari tahun 2015 sampai 2019 (saat ini 21 Juli, 2019).

Oh iya, sudah tahu kan ya alasan awal saya (4 tahun lalu) memutuskan untuk pakai produk Naavagreen? Kalau belum tahu, bisa baca disini ya… Review Naavagren Natural Skincare

Sumber: Instagram Naavagreen

Baiklah, mari kita mulai curhatan ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum dan tersering ditanya oleh teman-teman:

Pernah berhenti pakai produk Naavagreen?
Iya, pernah berhenti. Selama 4 tahun, saya pernah beberapa kali berhenti pakai Naavagreen. Waktu terlama sekitar 3 bulan, jadi selama 3 bulan itu saya sama sekali tidak pakai produk Naavagreen, meskipun hanya sabun cuci mukanya, tidak. Kemudian, karena masih tahun lalu (2018) jadi masih ingat dong ya. Saya juga berhenti lagi. Yang terakhir berhenti itu hanya sekitar sebulan abis itu galau tidak bisa move on akhirnya balik lagi “Ya, kelemahan cewek tipe setia kan begitu ya, Hehe.” Alasan saya berhenti memang selalu sama, yaitu pertimbangan kalau harus hijrah ke kota lain atau pulang ke kampung halaman (Manado) yang belum ada Klinik Naavagreen. Akan beneran susah pesan dan dapetin produknya. “Terus gimana dong?” Maka, gagasan itu akhirnya mempertaruhkan kesetiaan saya teman-teman. Didepan cermin saya bilang ke muka saya “pasti bisa, pasti bisa. Badai bruntusan dan segala bentuk kekusaman kekucelan yang terlihat akan kita hadapi bersama. Hwaiting” Kenapa saya perlu bilang begitu? Karena tentu saja saya sudah tahu apa yang akan terjadi pada wajah saya ketika berhenti. Kondisi wajah saya setelah berturut-turut selama 2 minggu tanpa krim Naavagreen menjadi kusam iteman dengan warna kulit wajah yang jadi lebih gelap dari warna kulit saya. Percayalah, sungguh terlihat kasihan dan mencemaskan. Macam tidak sanggup beli sabun cuci muka (apalagi perawatan), makanya kucel. Kemudian kulit juga jadi kering dan bruntusan. Intinya tidak terawat. Dan btw, dengan kondisi wajah begini dan dikonsultasikan ke beauty consultant Naavagreen, hanya akan dibilang bahwa kita kurang membersihkan wajah, stres, atau lagi mens. Ketika berhenti pertama, kedua, sampai yang paling terakhir, penyampaiannya selalu sama meski orang yang berbeda. Jadi, saya simpulkan bahwa tidak ada solusi dari mereka. Tidak diberikan saran juga harus berbuat apa, apalagi pakai produk apa sebagai obat untuk nyembuhin kusam dan bruntusan. Well, kenapa gak ngajak kelahi aja skalian ya kan. Mana mungkin beauty consultant yang merangkap pemasar mau nawarin produk lain. Kalau saranin sesegera mungkin pakai lagi produk Naavageen sih sudah pasti yes.

Sebulan tanpa Naavagreen dengan status muka bruntusan buat saya tidak kuat, maafkan. Cuci muka pakai sabun bayi dan tiap malam diolesin lidah buaya kurang manjur. Entahlah. Atau mungkin saya yang kurang sabar. Tapi yang jelas, sampai lidah buaya di kos ludes tinggal pot, bentol bentol merah yang bukan jerawat itu masih rebutan tempat untuk muncul di muka saya. Pakai bedak bayi pun hanya buat kulit (yang tidak perawatan) makin kering. Saran terbijak dari saya buat teman-teman yang sedang ada di proses ini atau berencana mau berhenti dan akan menghadapi situasi yang sama, bisa mencoba lakukan perawatan (misal tradisional dengan bahan-bahan alami) yang lebih telaten dan sabar ya, jangan seperti saya tidak sabaran. Atau mungkin bisa cari-cari informasi kemudian coba pakai produk perawatan lain yang lebih aman (misal produk yang umumnya dijual di toko, mulai dari sabun cuci muka sampai krim).

Karena di saya semua percobaan belum beruntung dan harus gosok lagi *eh ibarat kupon berhadiah*, saya balik lagi ke masa lalu teman-teman, besoknya langsung ke Naavagreen. Disuru konsultasi lagi dan beli paket krimnya seperti biasa. Apalagi ketika tahu kabar terbaru ternyata Naavagreen produknya bisa dipesan daring (online). Hah, maka akan berada di kota manapun saya pasti akan bisa pesan produknya. Ya sudah, tak usahlah drama putus kalau tak sanggup pindah ke yang lain. Jadilah sampai sekarang sama Naavagreen. I love you, Naavagreen :p

Saat berhenti pakai produk Naavagreen, pernah coba produk lain gak?
Pernah. Waktu berhenti selama 3 bulan dan dalam hari-hari tanpa Naavagreen, saya pakai produk dari Acnes. Akhirnya memutuskan pakai Acnes karena hasil baca-baca ulasan dan rekomendasi para Beauty Blogger. Teman-teman yang tidak tahu bisa googling sendiri ya, tidak usah nanya ke saya atau komen disini “Produk apa itu kak?” panjang urusan kita nanti. Disini kita bahas Naavagreen saja ya. Waktu itu saya juga tidak pakai seri lengkap, tapi hanya sabun cuci muka dan pelembabnya (lotion). Beli bedaknya juga tapi tidak saya pakai karena tipe bedak padat. Saya pakai bedak bayi waktu itu kalau saat keluar rumah. Yang penting pelembabnya wajib dipakai.

Terus hasilnya gimana kak? Manjur gak? Iya, manjur. Bruntusan saya hilang TAPI TETAP KUSAM. Balik lagi, itu sudah pasti jadi alasan saya untuk pakai Naavagreen again and again. Duh, maaf ya, soalnya kekuseman wajah saya yang cenderung akan jadi lebih gelap gulita dibandingkan warna kulit keseluruhan, tidak bisa saya toleransi :p. Apalagi rutinitas yang kadang mengharuskan pakai makeup dan berdandan. Sungguh mengganggu sekali ketika makeup tidak bisa menempel dengan baik karena kulit sedang kekeringan a.k.a tidak lembab. So temans… silahkan dipikir dan diputuskan sendiri ya soal ini.

Sudah coba produk Naavagreen yang lain selain krim?
Ho’oh, saya tidak hanya pakai produk dalam bentuk barang, tapi juga sudah membeli produk jasanya, yaitu perawatan Facial dan Bio Light Therapy yang mukanya disinar-sinar gitu sampai ketiduran, hehe. Perempuan kan memang lebih puas kalau coba-coba, jadi tentu saja kalau bisa semua produk Naavagreen dibeli :p. Saya sudah sekitar 3 kali Facial di Naavagreen dan terkahir itu bulan Juni 2018, sebelum wisuda. Menurut Saya, karena manfaat Facial untuk membersihkan wajah sampai ke dalam pori (ambil semua komedo), maka wajib untuk saat ada acara penting, misalnya wisuda atau nikahan, apalagi nikahan kamu. Kondisi muka kita harus bersih dan lembab. Oh iya, penting diingat kalau Facial harus paling tidak satu minggu sebelum saat dimana muka kita akan dipakein makeup ya. Dan kalau mau Facial ke Naavagreen, jangan lupa bawa masker dari rumah supaya setelah Facial, muka yang merah-merah habis ditindas tidak menarik perhatian netizen. Terus, karena Facial berpotensi buat pori semakin besar dan terbuka lebar, maka jangan dilakukan sering. Kalau saya, memang hanya ketika ada acara khusus. Rentang waktunya bisa sampai 6 bulan atau malah tahunan. Jarang pokoknya. Sekarang ini sudah tidak mau Facial lagi karena jujur saja tidak kuat dengan sakitnya, hehe. Tidak merasakan sakitnya muka dicuil-cuil saat Facial bukan soal terbiasa atau tidak ya. Facial kedua dan keberikutnya saya masih sama sakitnya dengan yang pertama, so, kesimpulan saya Facial itu SAKIT. Tidak mau bertoleransi dengan siapapun dan apapun yang menyakiti saya. Maka cukup sudah Facial, tidak akan ada cerita yang ditulis khusus tentang kamu.

Bukan maksud akikah pamer selfie, tapi ini look muka murni a.k.a bare face pakai produk Naavagreen. Baik empat tahun lalu maupun sekarang, kondisi wajah saya pakai Naavagreen seperti ini. Tidak gelap gulita (of course) dan tidak jerawatan (kondisi wajah asli sebelum pakai Naavgreen).


*maafkan muka bengong (tapi sadar kamera) karena baru bangun ya, dan soal rambut singa saya itu, diabaikan saja, maaf.

****

Dan setelah habis mandi sudah bau hayuuum, pakai krim Naavagreen, lebih lembab. Kalau siang dan beraktivitas diluar, biasanya setelah pakai krim siang, saya pakai bedak saja (tidak makeup dengan foundation dan lainnya). Nah kalau malam hari, pakai krim malamnya saja. Krim malam biasanya ada kandungan whitening untuk mencerahkan. Malam hari yang hanya akan pergi tidur, tidak perlu bedak dan lain-lain ya, skali lagi, saya hanya pakai krim malamnya saja.

Siang ataupun malam, begini keliatannya setelah pakai krim



****

YANG TERAKHIR INI BONUS
Versi cantik saat pakai krim sama bedak, plus alisan dan lipstikan, hehe. Eh fyi, ini saya pakai bedak Silky Loose Powder Naavagreen loh. Salah satu dari rangkaian produk makeup Naavagreen. Sudah pada tahu kan ya? Bedaknya ringan makanya saya pakai buat sehari-hari setelah krim siang. Review Naavagreen Silky Loose Powder



Eh gimana, gimana..
So, trroughoutly kalau teman-teman yang tanya ke saya:
PAKAI NAAVAGREEN WORTH IT GAK? Yes, Worth it.

Sabtu, 05 Januari 2019

Ribetnya Punya Pasangan Bule

Sesulit apapun birokrasi, tetap perjuangkan cintamu!

Selpih sukaesih berdua saat hadirin nikahan teman di Jogja
Sejak awal pacaran sama bule, tidak pernah terpikir sebelumnya kalau bakal menghadapi segala keribetan macam ini (Yang pacaran sama bule atau ada diposisi saya #tossss “senasib kita ya”. Dan bagi kamu yang berencana mau sama bule, please siapin aja mental dari sekarang atau malah dipikir-pikir lagi aja deh, hehe, ribet soale).

Punya pasangan beda warga negara itu harus berhadapan dengan birokrasi yang cukup ribet dibandingkan pacaran dengan sesama orang Indonesia. Pacaran sama yang lokal yasudah tinggal setia saja. Tinggal mikirin pacarannya saja dan kemudian menikah, sudah. Eh, sama bule lain cerita. Mikirin mulai dari urus passport, visa, sampe dokumen-dokumen untuk syarat menikah, Beeuuh lebih berat daripada mikir tesis. Jangankan pas ngurusnya, baca-baca blog dan pengalaman orang di internet saja sudah bikin mual plus migran. Pengalaman saya karena lebih banyak baca blog orang yang visanya ditolak daripada visa diterima sih, makanya pikiran jadi negatif, sikap jadi pesimis dan dipenuhi praduga yang enggak-enggak “duh, bisa gak nih ya visa diterima? Mulai darimana nih langkah awal siapin dokumen? Kalo saya rencananya skalian menikah disana, lama gak ya proses dapetin dokumen syarat menikah dari sini?” Maaaak, banyak kali urusan.

Terus belum lagi hal lain yang terribet. Restu orang tua. Dapetin restu orang tua bagi beberapa orang (seperti saya) mungkin jadi pengalaman yang berkesan dalam sejarah perjuangan cinta #uhuk lebay. Perlu drama sedikit lah ya dengan orangtua untuk dapetin ijin berkunjung ke negara pacar. Heh, apalagi untuk menikah dong? Doa puasa dulu aja atau doa semalaman, karena sungguh tak mudah. Tapi, kalau kita sudah terlanjur yakin, rajin berdoa tenangin hati, setia dan tidak mikirin yang aneh-aneh (misal berniat jadi anak durhaka dengan kawin diam-diam sama pacar bule dan menentang orangtua) semua pengorbanan pasti terbayarkan dan berakhir indah pada waktunya kok. Makanya, abis baca pengalaman orang yang ditolak visanya dan susah berjuang untuk menikah sama bule jangan cepat-cepat mikirin putus ya. Udah, gak usah down, sia-sia nanti harapan dan hal yang sudah dikorbankan. Sabar dan tetap diperjuangkan saja ya… Kalau saya biasanya cara termotivasi adalah ingat kalimat andalan pacar “Kalau pasangan lain bisa, berarti kita juga, May (mungkin maksudnya maybe yes, maybe no)”

***
Pacar saya adalah Finns a.k.a orang Finlandia. Ingat betul sebelum dia meminta saya untuk berpacaran, tanya lebih dulu “May, kamu siap tinggalin Indonesia dan pindah kehidupanmu ke luar negeri?” kemudian “Ah, tentu saja kamu punya kemauan begitu karena kamu suka bule. Suka orang luar berarti juga siap dibawa ke luar”. Menurut saya itu jelas bilang sambil nyindir ya bukan lagi tanya. Lebih tepatnya dia tanya sendiri jawab sendiri sih itu. Terus, tanpa menyimak betul maksud pertanyaan (Karena waktu itu pikiran lagi sibuk mikirin kapan lulus dengan kondisi tesis belum di acc untuk ujian) ya saya langsung saja bilang “iya, tentu saja”. Lihat ekspresi dia yang agak senang tapi kurang yakin, saya perjelas “Saya mau kok tinggal di negara nordik yang punya salju tebal, pengen rasain salju (padahal kuliah di ruang ber AC saja sering curi ijin keluar. Kabur karena kedinginan. Lah ini shoombooong sekali bilang mau tinggal di negara dekat kutub utara sana)”.

Singkat cerita, sampailah pada topik tentang saat dimana saya harus ke Finlandia untuk berkenalan dengan keluarganya. Hampir setiap kali ngobrol, disindir halus terus soal rencana saya buat visa dan passport. Jujur, intensitas saya mikirin itu tergantung suasana hati. Kalau lagi kangen waktu-waktu sama dia, ya saya semangat untuk bahas. Tapi, kalau kebetulan lagi stres sama kerjaan dan gak lagi kangen ya biasanya jawab dengan strategi pura-pura koneksi internet lagi jelek, jadi gak terlalu jelas dia bilang apa. Gitu lah pokoknya. Strategi menghindar karena ribet. Tidak hanya soal dokumen sih sebetulnya, tapi soal siapin duitnya juga, Hehe. Butuh nabung berapa tahun ini untuk jaminan tabungan bank buat ajuin visa?. Dan btw, ini kondisinya saya belum pernah ke luar negeri sama sekali yang maksudnya adalah saya harus persiapkan mulai dari passport sampai visa. Plus kalau mau menikah harus urus dokumen-dokumen sah dari Indonesia.

Baiklah, supaya lebih jelas, kira-kira ini tahapan atau proses yang harus ditempuh:

#1. Dapetin Paspor. bisa langsung ke laman imigrasi tempat tinggal dan cek syaratnya di Syarat, Cara dan Biaya Membuat Paspor 2019

#2. Urus Visa (Bisa sendiri, bisa lewat Travel Agent). Ke Finlandia harus urus visa Schengen, bisa kepohin syarat administrasinya di Pusat Aplikasi Visa Belanda

#3.  Dapetin surat keterangan belum menikah dari Catatan Sipil sesuai KTP asal

Setelah Visa disetujui (Amiiiiiin) dan sudah tiba di Finlandia…

#4. Terjemahkan Dokumen di KEDUBES RI yang terletak di Helsinki, Finlandia. Dokumen ini perlu diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Finlandia (finnish) atau Bahasa Swedia (Swedish) dan dicap oleh KEDUBES. Tandanya dokumen kita sah dan legal, atau beneran belum menikah. Hehe ini penting karena jangan ada dusta diantara kita ya kak.

Dan kalau sudah menikah, berarti harus tinggal sama suami dong a.k.a menetap di Finlandia. Supaya bisa menetap tanpa di deportase karena passport kadaluarsa dan jadi imigran illegal, maka perlu punya ijin tinggal a.k.a residence permit.

#5. Dapetin surat ijin tinggal di Finlandia (residence permit) yang bisa diurus ketika di Indonesia atau saat di Finlandia. Kali aja setelah menikah langsung tidak mau pisah dengan suami atau balik ke Indonesia. Manfaat punya residence permit adalah kita bisa ke Finlandia tanpa visa. Ya iyalah keberatan kalau bolak balik harus ngurus visa. Saya pernah tanya-tanya lewat surel ke Kedubes Finlandia untuk Indonesia melalui laman Embassy of Finland di Jakarta

Gimana? masih yakin mau sama bule? Atau kamu sekarang sedang dalam proses mau nikah sama bule? Hehe, selamat bersabar dengan birokrasi yaa. Eh, dan mungkin sekarang lagi LDRan juga sama kayak saya. Semangat ya kak!!!

Baca Juga:

Cerita Diajak Pacaran Sama Bule Finlandia

Tips Biar Ditembak Bule


Rabu, 02 Januari 2019

Cerita Diajak Pacaran Sama Bule Finlandia


Bagi sebagian orang, tema tulisan yang model begini mungkin receh, tapi bagi sebagian orang yang lainnya lagi bisa cukup informatif, khususnya yang ingin punya pacar bule atau yang sekarang malah lagi pacaran sama bule.

Ngerti kan gimana caranya saya bisa duduk disitu?
#Kekonyolan yang HQQ

Sekali lagi, ini murni pengalaman saya pribadi, jadi tidak bisa digeneralisasikan ke semua bule Finlandia atau keseluruhan bule ya.

Selamat membaca..!

***
Hanya pernah terpikir tapi tidak sampai berkeinginan pacaran sama Bule Finlandia yang sekarang ini adalah pacar saya. Kenapa? Karena jujur saja Bule Finlandia lumayan berbeda dibandingkan bule lain dari negara-negara di Eropa. Itu sebabnya saya terkejut ketika diminta untuk menjadi pacarnya, apalagi belum pernah ketemu langsung sama sekali. Ketemu langsung loh ya bukan lewat video call. Kami memang adalah teman chatting dan chattingannya cukup sering. Oke, bisa dibilang setiap hari. Awal-awal kenal dulu chattingan hanya setiap weekend saja, dan itu kemauan saya. Memang belum niat dekat sama bule satu ini, hehe. Kemudian lama kelamaan mulai ada kemajuan. Ngobrolnya tidak lagi setiap weekend, tapi tiap hari. Ya, meskipun yang banyak berbicara tentunya saya. Dia mah seadanya saja, atau malah hanya menjawab apa yang saya tanyakan. Hemat ngomong meskipun gratis. Itu juga yang buat saya berpikir dia tidak mungkin tertarik dengan saya karena tidak ada banyak yang dia sampaikan tentang dia dan hidupnya, apalagi tanya-tanya soal saya dan kehidupan saya disini. “Oh, yasudah, berarti memang temenan saja ini.”

Resolusi saya tahun 2018 adalah lulus kuliah S2 dan ingin punya pacar. Iyalah, pengen punya pacar dan menikah sebelum mendapat gelar terlambat menikah. Impian saya memang ingin menikah sebelum usia 30 tahun dan sudah harus lulus S2 lebih dulu. Memutuskan tidak pacaran selama masa studi bagi saya adalah prinsip. Kuliah S2 di UGM sambil pacaran itu berat, saya tidak kuat, jadi biar kamu saja :p.

Mendapat sinyal Tesis saya diterima dan bisa diwisuda bulan Juli 2018, hati saya sudah open rekrutmen besar-besaran bagi semua pria yang tertarik mendekat. Bhahaha. Bisa punya pacar juga soal bisa membuka hati kan ya? Kadang meski usia dan keuangan sudah siap, kalau kitanya yang tidak bisa buka hati dan tetap menjadi pribadi untouchable bin exclusive, gimana dapat pacarnya coba? Tidak hanya membuka hati, tapi doanya juga dikencengin, supaya tetap diberikan yang terbaik (of course) dan intinya tidak membuat saya buta. Cari pacar di usia 25 tahun bukan lagi soal bungkus dan tampilan, tapi punya modal untuk masa depan. Tahu dirilah saya dengan tipikal yang lemah godaan ini. Kali saja saya bisa tidak kuat dengan silau ketampanan dan semolek cowok, iya kan? Makanya perlu bantuan doa supaya tetap dengan tingkat kesadaran seratus persen dalam menyeleksi pacar. 

Dan (maaf) waktu itu memang minta sama Tuhan yang usianya tidak kebangetan jauhnya sampe orangtua saya harus kebingungan panggil dia apa karena usia yang tidak dekat dengan saya, tapi malah dekat dengan usia orang tua saya :p. Terus juga yang sudah punya pekerjaan tetap dan siap menikah dalam waktu dekat. Soal aspek dan hal lain, terserah Tuhan saja, hihi.

Pacar saya yang waktu itu masih berstatus teman chatting akhirnya dicoba prospek. Saya ajak telponan dan video call, jawaban dia malah buat saya penasaran jenis budaya sosial apa yang dia punya di Finlandia sana. Dia tidak mengiyakan secara langsung tapi hanya menjawab “Telponan dan video call? Saya tidak yakin orang-orang disini melakukan hal semacam itu” Ini jelas mengindikasikan dia menolak dan tidak mau. Ya wasalam. Akhirnya saya dekat dengan orang lain, bukan bule, tapi teman dari masa lalu yang mungkin baru sadar kalau kurus kerempengnya saya ini masih lumayan bisa diterima.

Suatu waktu, lupa tepatnya kami sedang bahas apa, tapi kami lumayan bahas soal banyak hal, termasuk rasa penasaran dia kalau saya yang tidak pernah kemana-mana ini bisa tinggal di luar negeri atau tidak. Waktu itu juga sekalian saya cerita kalau lagi dekat dengan orang lain; yang maksud saya adalah saya tidak bisa lagi berbicara intens dengan dia karena sepertinya yang lagi dekat sama saya ini akan sampai ke tahap pacaran. Respon si bule ya seperti biasa, diam saja. Beberapa hari kemudian, tanpa tanya dulu saya sudah jadi pacar orang lain atau belum, langsung “would you like to be my girlfriend?” Waduh, untung belum jadian sama orang lain. Lagi sekali, ini kondisinya kita belum pernah ketemu sama sekali loh. Dia bahkan menolak berbicara lewat video call. Ternyata memang dia sudah kepincut dari awal kenal saya. Alasan kenapa tidak menyatakan karena ingin bertemu dulu. Dia ingin ke Indonesia dan bertemu saya, hanya saja belum menemukan dan merencanakan waktunya. Kepepet kondisi saya berpeluang jadi pacar orang lain, akhirnya meski belum ketemu saya, tidak tahu saya kurus kerempeng tidak menarik mata, tetap nekat minta saya jadi pacarnya. Saya pun meski tidak ada gambaran jelas yang akan terjadi kedepannya serta tanya apa yang harus saya lakukan kalau jadi pacar dia, saya iyakan. Jawabannya bukan lagi “yes” tapi “sure” “I would like to be your girlfriend”. Seyakin itu teman-teman, dan bukan santet, tapi do’a Ibu (yang ingin segera punya cucu). So, pacaranlah saya sama bule, Bule Finlandia.

Pengalaman baru. Bule Finlandia ternyata memang lebih pemalu, tidak banyak bicara, budaya mereka disana tidak terbiasa dengan video call dan sering telponan meski itu kerabat, kolega, dan keluarga. Jadi, jangan sampai salah persepsi, gagal paham apalagi salah mengambil keputusan terkait kedekatan kalian ya, beware. Dinilai dari gerak geriknya yang pasif dan biasa saja, eh ternyata menyimpan rasa suka. Yang selama ini diem, ternyata diem-diem cinta, hehe.

Setelah pacaran, dia terbiasa dengan telponan dan video call. Bahkkan setiap hari, kami wajib video call minimal satu jam, paling lama tiga jam (maklum saja yes, LDR beda benua). Jadian tahun 2018 di bulan Juli tanggal 13, beberapa hari sebelum saya wisuda S2. Tidak lama setelah meminta saya menjadi pacarnya, dia segera beli tiket ke Indonesia hanya untuk menemui saya. Ini juga hal yang perlu diketahui teman-teman yang lagi dekat sama bule, kalau bule serius biasanya tidak akan menunggu waktu lama untuk menemui kamu langsung. Jangan mau diberikan banyak alasan dan janji manis. Kalau dia serius dengan kamu, maka secepatnya dia akan datang menemui langsung. Dan waktu cepat maksud saya disini adalah tidak lebih dari lima bulan. Kalau si bule janji datangnya bulan Januarilah, Junilah, ingat, setiap tahun bulan-bulan itu selalu ada. Tinggalin, cari yang lain.

Ini tulisan curhatan diari yang ujub-ujub pindah kesini. Diari onlen :p

Baca juga curhatan merangkap tips dari saya tentang:




 

Dian Mayastika Mochtar Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang