Saya punya kebiasaan menghayal disaat tengah
melakukan atau memikirkan apapun, dimanapun dan kapanpun, sama seperti saat
suatu malam ketika saya sedang membaca buku Operations
Management, mata saya tiba-tiba berhenti pada satu paragraf, memperhatikan paragraf
tersebut dengan lama, mulai berfikir, sampai kemudian pikiran saya menerawang
entah kemana. Saya kurang tahu pasti dengan penting atau tidaknya, bahkan
untung ruginya memiliki kebiasaan melamun, tapi yang jelas, salah satu dampak
dari kebiasaan melamun saya adalah lahirlah berbagai tulisan dan ulasan, salah
satunya adalah tulisan ini.
Awal mulanya adalah saya memikirkan tentang
betapa banyaknya keharusan yang wajib saya penuhi dalam pendidikan S2 yang
tengah dijalani saat ini, dimana investasi untuk membaca, mengerjakan tugas dan
belajar secara mandiri sangat menguras waktu, pikiran serta tenaga. Memikirkan semua
kesempurnaan terhadap pengetahuan yang dituntut oleh dosen kadang bisa membuat
saya menjadi down secara tiba-tiba. Tentunya
ini bukanlah pengalaman pertama kali menjadi mahasiswa, karena saya menjalani
rutinitas yang sama saat menempuh pendidikan S1. Tapi kenapa saat ini prosesnya
menjadi lebih sulit ?. Lamunan saya kemudian menjadi lebih dalam karena semua
hal tentang perjuangan dan suka duka pada saat mulai mengikuti tes masuk,
melewati kelas Matrikulasi satu semester, dan sampai pada titik saat ini yaitu
minggu ke 4 di semester satu kelas Reguler, teringat jelas dan diputar kembali
tahap demi tahap dalam pikiran saya. Ternyata saya bisa. Saya bisa sampai pada
tahap ini sekalipun kemarin saya berkata sulit, tidak sanggup, dan mustahil. Keberanian
untuk menghadapi dan semangat dalam mengerjakan semua yang menjadi tugas,
adalah satu-satunya modal saya untuk bisa bersaing, bertahan dan tetap
berproses dengan semua manis pahitnya berada dikelas M.Sc UGM. Sebagai pribadi
yang gagal dengan kecerdasan mengatur emosi, saya akui bahwa saya sering
bersungut, kesal dan sakit hati, meski entah kepada siapa, karena menganggap kesulitan
adalah tekanan. Hal itulah yang kemudian membuat saya kembali merefleksikan
akan keterlibatan orang-orang sekitar selama ini yang membantu saya melalui
semangat, doa, serta bantuan untuk kemudahan mengikuti kuliah. Lalu, apakah itu
semua sudah cukup membuat saya bisa dan akan terus bertahan untuk proses
kedepan yang masih panjang dan lebih sulit? Tentu saja tidak. Saya memerlukan
pribadi lain yang lebih kuat dan bisa mendampingi dengan setia. Saya memerlukan
Tuhan. Saya membutuhkan pribadi-Nya sebagai satu-satunya tempat bercurhat dan
berserah.
Baru saja kemarin saya kembali mendapatkan pelajaran berharga atas
pentingnya melibatkan Tuhan dalam setiap moment
penting, bahkan dalam apapun yang akan dilakukan. Hari ini, saya bisa membaca
buku serta belajar apapun sesuka hati, padahal minggu lalu (dan selama satu
minggu itu) saya begitu stress dengan mempersiapkan jadwal belajar, serta bahan
presentasi untuk mata kuliah Finance
yang sulit, juga tidak saya sukai. Hal yang
paling membuat lebih tertekan adalah karakter Dosen pengampuh mata kuliah
tersebut yang sangat tegas, displin, dan teliti. Setiap hari dalam satu minggu
sebelum presentasi, saya hanya dihantui ketakutan, kecemasan “gimana kalau saya
tidak bisa menjawab pertanyaan Dosen tersebut dan tidak bisa menjelaskan materi
secara jelas?” Kurangnya pengetahuan tentang Manajemen Keuangan membuat saya
tetap tidak yakin, sekalipun sudah banyak mempelajari materi presentasi. Sudah belajar
sebanyak dan semampu saya, tapi tetap saja merasa ragu dan kemudian tertekan
lagi, dan lagi. Sepertinya saya jahat, karena sedikit terlambat melibatkan
Tuhan dalam hal ini. Saat berada ditahap “tidak tahu lagi harus mendapat
semangat dan percaya diri dengan cara apa” saya kemudian menangis dan berdoa,
menceritakan semua tekanan yang saya rasakan dengan tugas presentasi keuangan
tersebut kepada Tuhan. Berserah, menyerahkan semua ketakutan dan tekanan yang
membebani. Saya berhak atas kelegaan dalam hati meski akan menghadapi hari yang
sulit. Setelah berdoa, saya benar-benar merasakan bagaimana Tuhan bekerja
dengan cara yang unik dan tepat, salah satunya adalah bagaimana semua tekanan
yang biasanya muncul saat berpikir hari dimana saya akan presentasi, seketika
berganti dengan kelegaan dan suasana hati yang nyaman terkendali. Ya, karena
satu-satunya yang ada di pikiran saya adalah “Saya sudah berdoa, saya sudah
mempersilahkan Tuhan untuk melakukan bagian-Nya dan membiarkan Roh Kudus
mengendalikan hati saya supaya tetap tenang. Tugas saya seterusnya adalah yakin
Dia sudah terlibat dan pasti akan menolong saat presentasi.” Sampai tiba saat
hari dimana harus presentasi, saya merasakan kuasa doa dan Tuhan bekerja secara
ajaib. Sama sekali tidak ada ketakutan dan kecemasan. Tuhan telah mengganti
semuanya dengan ketenangan, rasa bahagia dan percaya diri. Sesi presentasi berjalan
dengan baik, semua pertanyaan Dosen selama sesi kuliah tersebut dapat terjawab
dengan puas, Puji Tuhan. Tuhan telah mengendalikan saya dengan sempurna, dan
hari yang sulit itu telah berlalu. Satu pelajaran baru lagi dalam hidup
berpengalaman dengan Tuhan.
Saat ini, saya tersenyum merefleksikan kejadian “biasa
yang bisa dikendalikan Tuhan secara luarbiasa” tersebut dalam lamunan malam
yang panjang. Semangat dan kemauan untuk berjuang adalah stimulant fisik untuk semangat mengikuti kuliah, mengerjakan tugas,
dan belajar dengan tekun, tapi diatas semua itu, rajin berdoa dan melibatkan
Tuhan adalah kekuatan utama yang akan memampukan menjalani semuanya.
Akan ada
banyak kesulitan didepan mata yang tidak terduga seberapa sulitnya, tapi yakin
akan pertolongan Tuhan adalah alasan yang benar dan konsisten untuk bisa terus
berjuang dan berhasil dikarir ini. Kuncinya adalah terus berserah dan
mengandalkan Tuhan.
God Bless
You
0 comments:
Posting Komentar