Selpih sukaesih berdua saat hadirin nikahan teman di Jogja |
Sejak awal pacaran sama bule, tidak pernah terpikir sebelumnya
kalau bakal menghadapi segala keribetan macam ini (Yang pacaran sama bule atau
ada diposisi saya #tossss “senasib kita ya”. Dan bagi kamu yang berencana mau
sama bule, please siapin aja mental
dari sekarang atau malah dipikir-pikir lagi aja deh, hehe, ribet soale).
Punya pasangan beda warga negara itu harus berhadapan dengan birokrasi
yang cukup ribet dibandingkan pacaran dengan sesama orang Indonesia. Pacaran
sama yang lokal yasudah tinggal setia saja. Tinggal mikirin pacarannya saja dan
kemudian menikah, sudah. Eh, sama bule lain cerita. Mikirin mulai dari urus
passport, visa, sampe dokumen-dokumen untuk syarat menikah, Beeuuh lebih berat
daripada mikir tesis. Jangankan pas ngurusnya, baca-baca blog dan pengalaman
orang di internet saja sudah bikin mual plus migran. Pengalaman saya karena
lebih banyak baca blog orang yang visanya ditolak daripada visa diterima sih,
makanya pikiran jadi negatif, sikap jadi pesimis dan dipenuhi praduga yang
enggak-enggak “duh, bisa gak nih ya visa diterima? Mulai darimana nih langkah
awal siapin dokumen? Kalo saya rencananya skalian menikah disana, lama gak ya
proses dapetin dokumen syarat menikah dari sini?” Maaaak, banyak kali urusan.
Terus belum lagi hal lain yang terribet. Restu orang tua. Dapetin
restu orang tua bagi beberapa orang (seperti saya) mungkin jadi pengalaman yang
berkesan dalam sejarah perjuangan cinta #uhuk lebay. Perlu drama sedikit lah ya
dengan orangtua untuk dapetin ijin berkunjung ke negara pacar. Heh, apalagi
untuk menikah dong? Doa puasa dulu aja atau doa semalaman, karena sungguh tak
mudah. Tapi, kalau kita sudah terlanjur yakin, rajin berdoa tenangin hati,
setia dan tidak mikirin yang aneh-aneh (misal berniat jadi anak durhaka dengan
kawin diam-diam sama pacar bule dan menentang orangtua) semua pengorbanan pasti
terbayarkan dan berakhir indah pada waktunya kok. Makanya, abis baca pengalaman
orang yang ditolak visanya dan susah berjuang untuk menikah sama bule jangan
cepat-cepat mikirin putus ya. Udah, gak usah down, sia-sia nanti harapan dan hal yang sudah dikorbankan. Sabar
dan tetap diperjuangkan saja ya… Kalau saya biasanya cara termotivasi adalah
ingat kalimat andalan pacar “Kalau pasangan lain bisa, berarti kita juga, May
(mungkin maksudnya maybe yes, maybe no)”
***
Pacar saya adalah Finns a.k.a
orang Finlandia. Ingat betul sebelum dia meminta saya untuk berpacaran, tanya
lebih dulu “May, kamu siap tinggalin Indonesia dan pindah kehidupanmu ke luar
negeri?” kemudian “Ah, tentu saja kamu punya kemauan begitu karena kamu suka
bule. Suka orang luar berarti juga siap dibawa ke luar”. Menurut saya itu jelas
bilang sambil nyindir ya bukan lagi tanya. Lebih tepatnya dia tanya sendiri jawab
sendiri sih itu. Terus, tanpa menyimak betul maksud pertanyaan (Karena waktu
itu pikiran lagi sibuk mikirin kapan lulus dengan kondisi tesis belum di acc
untuk ujian) ya saya langsung saja bilang “iya, tentu saja”. Lihat ekspresi dia
yang agak senang tapi kurang yakin, saya perjelas “Saya mau kok tinggal di
negara nordik yang punya salju tebal, pengen rasain salju (padahal kuliah di
ruang ber AC saja sering curi ijin keluar. Kabur karena kedinginan. Lah ini
shoombooong sekali bilang mau tinggal di negara dekat kutub utara sana)”.
Singkat cerita, sampailah pada topik tentang saat dimana saya harus ke Finlandia
untuk berkenalan dengan keluarganya. Hampir setiap kali ngobrol, disindir halus
terus soal rencana saya buat visa dan passport. Jujur, intensitas saya mikirin
itu tergantung suasana hati. Kalau lagi kangen waktu-waktu sama dia, ya saya
semangat untuk bahas. Tapi, kalau kebetulan lagi stres sama kerjaan dan gak
lagi kangen ya biasanya jawab dengan strategi pura-pura koneksi internet lagi
jelek, jadi gak terlalu jelas dia bilang apa. Gitu lah pokoknya. Strategi
menghindar karena ribet. Tidak hanya soal dokumen sih sebetulnya, tapi soal siapin
duitnya juga, Hehe. Butuh nabung berapa tahun ini untuk jaminan tabungan bank buat
ajuin visa?. Dan btw, ini kondisinya
saya belum pernah ke luar negeri sama sekali yang maksudnya adalah saya harus
persiapkan mulai dari passport sampai visa. Plus kalau mau menikah harus urus
dokumen-dokumen sah dari Indonesia.
Baiklah, supaya lebih jelas, kira-kira ini tahapan atau proses
yang harus ditempuh:
#1. Dapetin Paspor. bisa langsung ke laman imigrasi tempat tinggal dan cek syaratnya di Syarat, Cara dan Biaya Membuat Paspor 2019
#2. Urus Visa (Bisa sendiri, bisa lewat
Travel Agent). Ke Finlandia harus urus visa Schengen, bisa kepohin syarat administrasinya di Pusat Aplikasi Visa Belanda
#3. Dapetin surat keterangan belum menikah
dari Catatan Sipil sesuai KTP asal
Setelah Visa disetujui (Amiiiiiin) dan sudah tiba di Finlandia…
#4. Terjemahkan Dokumen di KEDUBES RI yang
terletak di Helsinki, Finlandia. Dokumen ini perlu diterjemahkan ke dalam
Bahasa Inggris atau Bahasa Finlandia (finnish) atau Bahasa Swedia (Swedish) dan
dicap oleh KEDUBES. Tandanya dokumen kita sah dan legal, atau beneran belum
menikah. Hehe ini penting karena jangan ada dusta diantara kita ya kak.
Dan kalau sudah menikah, berarti harus tinggal sama suami dong
a.k.a menetap di Finlandia. Supaya bisa menetap tanpa di deportase karena
passport kadaluarsa dan jadi imigran illegal, maka perlu punya ijin tinggal
a.k.a residence permit.
#5. Dapetin surat ijin tinggal di
Finlandia (residence permit) yang bisa diurus ketika di Indonesia atau saat di
Finlandia. Kali aja setelah menikah langsung tidak mau pisah dengan suami atau
balik ke Indonesia. Manfaat punya residence
permit adalah kita bisa ke Finlandia tanpa visa. Ya iyalah keberatan kalau
bolak balik harus ngurus visa. Saya pernah tanya-tanya lewat surel ke Kedubes Finlandia untuk Indonesia melalui laman Embassy of Finland di Jakarta
Gimana? masih yakin mau sama bule? Atau kamu sekarang sedang dalam
proses mau nikah sama bule? Hehe, selamat bersabar dengan birokrasi yaa. Eh,
dan mungkin sekarang lagi LDRan juga sama kayak saya. Semangat ya kak!!!
Baca Juga:
Cerita Diajak Pacaran Sama Bule Finlandia
Tips Biar Ditembak Bule